+10 344 123 64 77

Kamis, 30 November 2017

Sangking Lebatnya Bulu Tempeknya Ines, Pas Nge-Ngeng Terasa lebih Weeunak - SiniCrot.

Sangking Lebatnya Bulu Tempeknya Ines, Pas Nge-Ngeng Terasa lebih Weunak.

Aku ikut dalam acara reality show di salah satu tv swasta. Presenternya, Ines, sangat seksi. aku napsu sekali melihatnya. Selama show, bodinya yang bahenol terbungkus dengan tank top ketat dan jeans yang juga ketat. Toketnya yang besar tampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangat menggairahkan.Karena tank topnya sepinggang, puser dan pinggangnya sering terlihat karena dia sangat aktif bergerak.


Acara tersebut adalah acara mencari pasangan. Pada satu kesempatan, aku berkata pada Ines : “Aku sih milih Ines aja deh boleh gak. Dari pertama kita ketemu, aku sudah tertarik dengan kamu Nes”. “Kan Ines host nya, gak termasuk dalam prempuan yang mencari pasangannya. Mas boleh milih Ines, Sintia atau yang lainnya”. “Enggak ah, aku milih Ines aja yach”. “Kalo gitu kita omongin diluar acara aja ya mas, macem2 aja si mas teh”, katanya sambil tersenyum. Ketika sampai waktunya harus menentukan aku tidak memilih siapapun.

Ines hanya tersenyum ketika aku menyatakan alasanku tidak memilih, “Kan aku maunya milih Ines tapi gak bisa”. Selesai acara yang diselenggarakan disalah satu resort diluar kota, aku nungguin Ines. Lama juga aku nunggunya, akhirnya dia keluar juga dari resort, masih memakai pakaian seksinya. “Ines pulang ama siapa?”, tanyaku. “Sendiri mas, mas mo nganterin Ines pulang”, dia minta to the point. “Bole banget, tapi pulangnya ke tempatku ya”. “Mo ngapain di tempat mas”. “Aku mo ngobrol ama Ines, belum puas ngobrolnya sih”.

“Belum puas ngobrolnya atau mo ngepuasin yang lainnya mas?”, katanya nantangin. “Kalo aku minta dipuasin yang lainnya, Ines mo muasin aku gak”, langsung kujawab, to the point juga. “Bisa diatur”, kata Ines sambil masuk ke mobilku. Dalam perjalanan pulang, kami ngobrol ngalor ngidul, Ines sangat open. Dia crita petualangan sexnya dengan banyak lelaki, terutama dengan yang bukan abg. Dia bilang sudah sebulan ini dia gak kencan ama lelaki. “Wah, kalo gitu kamu dah napsu banget dong Nes. Aku kan sudah gak termasuk abg, jadi boleh dong ikut dalam petualangan Ines”.

“Bisa diatur kok mas”. Selama perjalanan, aku mengelus pahanya, dari luar jeans ketatnya tentunya. “Ih, si mas, dah napsu sama Ines ya”. “Kalo napsu sih dari tadi Nes”. “Kalo dah napsu artinya dah ngaceng ya mas”, katanya sambil mengelus selangkanganku. “Ih, kayanya besar ya mas, keras lagi”, dia mulai meremas selangkanganku. “Ines mo liat duluan, buka aja ritsluitingnya”. Dia segera menurunkan ritsluiting celanaku dan tangannya masuk ke dalam cd ku merogoh kontolku. “Ih besar banget mas, panjang lagi.

Ines belum pernah ngerasain yang sebesar dan sepanjang ini”, katanya sambil mengeluarkan kontolku. Segera dikocok2nya batangnya. Lalu Ines menunduk dan mengemut kepala kontolku. “Nes, diisep sampe aku ngecret dong”. “Tempatnya sempit mas, Ines kocok aja yach. Nonok Ines jadi basah mas, dah kepingin kemasukan kontol gede mas”, dia mulai mengocok kontolu keatas dan kebawah. Aku jadi melenguh kenikmatan. “Masih jauh mas, tempatnya”. “Enggak kok Nes, sebentar lagi sampe”, kataku sambil mempercepat lajunya kendaraanku.

Tak lama kemudian, sampailah kami dirumah milik kantorku. Aku belum ngecret dan Ines menyudahi sepongannya. “Mas, besar banget rumahnya kaya kontol mas aja besar, punya mas ya”. “Bukan Nes, punya kantor. Ini mes kantor, buat tamu yang perlu nginep. Sekarang lagi kosong, jadi kita pake aja yach”. Kami menuju ke bagian belakang rumah, ada kolam renang disana. Tempatnya teduh karena banyak pepohonan dan tertutup tembok tinggi sehingga gak mungkin ada yang bisa ngintip.

Aku duduk didipan dipinggir kolam renang, Ines duduk disebelahku. Aku memeluknya. Kucium pipinya sambil jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya. Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku. Kupandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung lalu bibirnya. Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya aku mencium bibirnya. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku.

SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia

Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Kubelai pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkal lengannya. Bibirku kini turun menyapu lehernya seiring telapak tanganku meraup toketnya.

Ines menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya di saat lidahku menjulur menikmati lehernya yang jenjang. “Maas….” Ines memegang tanganku yang sedang meremas toketnya dengan penuh napsu. Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan tanganku mengelus dan meremas toketnya yang montok. “Nes, aku ingin melihat toketmu”, ujarku sambil mengusap bagian puncak toketnya yang menonjol.

Dia menatapku. Ines akhirnya membuka tank top ketatnya di depanku. Aku terkagum-kagum menatap toketnya yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketnya begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. Sambil berbaring Ines membuka pengait BH-nya di punggungnya.

Punggungnya melengkung indah. Aku menahan tangan Ines ketika dia mencoba untuk menurunkan tali BH-nya dari atas pundaknya. Justru dengan keadaan BH-nya yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketnya semakin menantang. “Toketmu bagus, Nes”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya. Perlahan aku menarik turun cup BH-nya.

Mata Ines terpejam. Perhatianku terfokus ke pentilnya yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Kuusap pentilnya lalu kupilin dengan jemariku. Ines mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi toketnya. “Egkhh..” rintih Ines ketika mulutku melumat pentilnya. Kupermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali kugigit pentilnya lalu kuisap kuat-kuat sehingga membuat Ines menarik rambutku. Puas menikmati toket yang sebelah kiri, aku mencium toket Ines yang satunya yang belum sempat kunikmati.

Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulut Ines. Sambil menciumi toket Ines, tanganku turun membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perut Ines. Kubelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba nonok nya yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Ines. Aku secara tiba-tiba menghentikan kegiatanku lalu berdiri di samping dipan.

Ines tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka kancing jeans warna hitamnya. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh Ines yang tergolek di dipan, menantang. Kulitnya yang tidak terlalu putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana jeans ketat yang dipakainya terlihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna. Puas memandang tubuh Ines, aku lalu membaringkan tubuhku di sampingnya.

Kurapikan untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Ines. Kubelai lagi toketnya. Kucium bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam mulutnya. Ines menelannya. Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celana jeans Ines yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan Ines yang masih tertutup CDnya. jari tengah tanganku membelai permukaan CDnya tepat diatas nonok nya, basah.

Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuh Ines. Pinggul Ines perlahan bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang dialaminya. aku menyuruh Ines untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Ines menurunkan reitsliting celana jeansnya. CD hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting yang tumbuh di sekitar nonok nya hampir sebagian keluar dari pinggir CDnya.

Aku membantu menarik turun celana jeans Ines. Pinggulnya agak Inesikkan ketika aku agak kesusahan menarik celana jeans Ines. Akupun melepas pakeanku. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan CD. Tubuhnya semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus kuakui tubuhnya begitu menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal. Kami berpelukan. Dia menyentuh kontolku dari luar CD ku. Ines melorotkan CD ku. Langsung kontolku yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak gemuk dibelai dan digenggamnya.

IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

Belaiannya begitu mantap menandakan Ines juga begitu piawai dalam urusan yang satu ini. “Tangan kamu pintar juga ya, Nes,”´ ujarku sambil memandang tangannya yang mengocok kontolku. “Ya, mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan. Jari-jariku masuk dari samping CD langsung menyentuh bukit nonok Ines yang sudah basah. Telunjukku membelai-belai itilnya sehingga Ines keenakan. “Diisep lagi Nes. Kan sekarang lebih leluasa” kataku. Ines tertawa sambil mencubit kontolku.

Aku meringis. “”Nggak muat di mulut Ines, tadi dimobil kan cuma kepalanya yang masuk. Itu juga udah ampir gak muat. gede banget sih kontolnya” selesai berkata demikian Ines langsung tertawa kecil. “Kalau yang dibawah, gimana, muat gak?” tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam nonok nya. Ines merintih sambil memegang tanganku. Jariku sudah tenggelam ke dalam liang nonok nya. Aku merasakan nonok nya berdenyut menjepit jariku. Ugh, pasti nikmat sekali kalau kontolku yang diurut, pikirku. Segera CD nya kulepaskan.

Perlahan tanganku menangkap toketnya dan meremasnya kuat. Ines meringis. Diusapnya lembut kontolku yang sudah keras banget. Tangannya begitu kreatif mengocok kontolku sehingga aku merasa keenakan. Aku tidak hanya tinggal diam, tanganku membelai-belai toketnya yang montok.

Kupermainkan pentilnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar nonok Ines. kuraba permukaan nonok Ines. Jari tengahku mempermainkan itilnya yang sudah mengeras. kontolku kini sudah siap tempur dalam genggaman tangan Ines, sementara nonok Ines juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental yang kurasakan dari jemari tanganku yang mengobok-obok nonok nya. Kupeluk tubuh Ines sehingga kontolku menyentuh pusarnya.

Tanganku membelai punggung lalu turun meraba pantatnya yang montok. Ines membalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku. Kedua telapak tanganku meraih pantat Ines, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku menaiki tubuhnya. Kaki Ines dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang jenjang lalu turun melumat toketnya. Telapak tanganku terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuh Ines.

Aku melebarkan kedua pahanya sambil mengarahkan kontolku ke bibir nonok nya. Ines mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Ines menatapku, matanya penuh nafsu seakan memohon kepadaku untuk memasuki nonok nya. “Aku ingin mengentoti kamu, Nes” bisikku pelan, sementara kepala kontolku masih menempel di belahan nonok Ines. Kata ini ternyata membuat wajah Ines memerah.

Ines menatapku sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun kontolku yang perlahan menyusup ke dalam nonok Ines. Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti kontolku membelah nonok nya yang ternyata begitu kencang menjepit kontolku. nonok nya begitu licin hingga agak memudahkan kontolku untuk menyusup lebih ke dalam. Ines memeluk erat tubuhku sambil membenamkan kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan. Namun aku tak peduli. “Maas, gede banget, ohh..” Ines menjerit lirih.

Tangannya turun menangkap kontolku. “Pelan mas”. Akhirnya kontolku terbenam juga di dalam nonok Ines. Aku berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding nonok Ines. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Kulumat bibir Ines sambil perlahan-lahan menarik kontolku untuk selanjutnya kubenamkan lagi. Aku menyuruh Ines membuka kelopak matanya. Ines menurut.

Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati kontolku yang keluar masuk dari dalam nonokya. “Aku suka nonokmu, Nes.. nonokmu masih rapet” ujarku sambil merintih keenakan. Sungguh, nonok Ines enak sekali. “Kamu enak kan, Nes?” tanyaku lalu dijawab Ines dengan anggukan kecil. Aku menyuruh Ines untuk menggoyangkan pinggulnya. Ines langsung mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya. “Suka kontolku, Nes?” tanyaku lagi. Ines hanya tersenyum. kontolku seperti diremas-remas ditambah jepitan nonok nya. “Ohh.. hh..” aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat.

SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia

Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan kontolku ke dalam nonok Ines. Kuperhatikan kontolku yang keluar masuk dari dalam nonok nya. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Ines semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar erat di pinggangku.

Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Ines yang semakin tidak terkendali. “Nes.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan. “Ines juga, mas”, jawabnya. Ines merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan. Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, “aduh” yang diucapkan terputus-putus. Aku merasakan nonok Ines semakin berdenyut sebagai pertanda Ines akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang kualami.

Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika kusadari Ines hampir nyampe. Kuremas toketnya kuat seraya mulutku menghisap dan menggigit pentilnya. Kuhisap dalam-dalam. “Ohh.. hh.. mas..” jerit Ines panjang. Aku membenamkan kontolku kuat-kuat ke nonok nya sampai mentok agar Ines mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat terbenam diantara toketnya.

Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi. “Nes, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..” jeritku. Ines yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar di pinggangku. Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari kontolku. Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan Ines juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang berada di belahan dada Ines kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya.

Telapak tanganku mencengkram toket Ines. Kuraup semuanya sampai-sampai Ines kesakitan. Aku tak peduli lagi. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Ines pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Ines. kontolku masih berada di dalam nonok Ines. Ines mengusap-usap permukaan punggungku. “Ines puas sekali dientot mas,” katanya. Aku kemudian mencabut kontolku dari nonok nya.

Aku masuk kembali ke rumah. Ines langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower . Aku bisa mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan Ines keluar. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanya membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Ines berbaring diranjang telanjang bulat. “Nes, kamu kok mau aku ajak ngentot”, kataku.

“Kan Ines dah lama gak ngerasain nikmatnya kontol mas, kontol mas besar lagi”, jawab Ines tersenyum. “Malem ini kita men lagi ya mas”. Hebat banget Ines, gak ada matinya. Pengennya dientot terus. “Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, kataku sambil berpakaian. Ines pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.

Di kamar kita langsung melepas pakaian masing2 dan bergumul diranjang. Tangan Ines bergerak menggenggam kontolku. Aku melenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis menahan remasan lembut tangannya pada kontolku. Ines mulai bergerak turun naik menyusuri kontolku yang sudah teramat keras.

Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap kepala kontolku yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari lubang diujungnya. Kembali aku melenguh merasakan ngilu akibat usapannya. Kocokannya semakin cepat. Dengan lembut aku mulai meremas-remas toketnya.

IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

Tangan Ines menggenggam kontolku dengan erat. Pentilnya kupilin2. Ines masukan kontolku kedalam mulutnya dan mengulumnya. Aku terus menggerayang toketnya, dan mulai menciumi toketnya. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kuluman Ines pada kontolku semakin mengganas sampai-sampai aku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutnya. Aku membalikkan tubuhnya hingga berlawanan dengan posisi tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku.

Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahku menyentuh nonok nya dengan lembut. Tubuhnya langsung bereaksi dan tanpa sadar Ines menjerit lirih. Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahku di nonok nya. Kedua pahanya mengempit kepalaku seolah ingin membenamkan wajahku ke dalam nonok nya. Kontolku kemudian dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar. Aku menciumi bibir nonok nya, mencoba membukanya dengan lidahku. Tanganku mengelus paha bagian dalam. Ines mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakinya yang tadinya merapat.

Aku menempatkan diri di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. Kontol kutempelkan pada bibir nonok nya. Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Ines merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. nonok nya yang sudah banjir membuat gesekanku semakin lancar karena licin. Ines terengah-engah merasakannya. Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala kontolku menggesek-gesek itilnya yang juga sudah menegang. “Maas.?” panggilnya menghiba. “Apa Nes”, jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa. “Cepetan..” jawabnya. Aku sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kontol. Sementara Ines benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahinya. “Ines sudah pengen dientot mas”, katanya. Ines melenguh merasakan desakan kontolku yang besar itu.

Ines menunggu cukup lama gerakan kontolku memasuki dirinya. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, kontolku juga panjang. Ines sampai menahan nafas saat kontolku terasa mentok di dalam, seluruh kontolku amblas di dalam. Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam nonok nya membuat kontolku keluar masuk dengan lancarnya. Ines mengimbangi dengan gerakan pinggulnya. Meliuk perlahan.

Naik turun mengikuti irama enjotanku. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting enjotanku mencapai bagian-bagian peka di nonok nya. Ines bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Kontolku menjejali penuh seluruh nonok nya, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan kontolku sangat terasa di seluruh dinding nonok nya.

Ines merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. Ines mengakui keperkasaan dan kelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Ines merasakan kepuasan tak terhingga ngentot denganku. Aku bergerak semakin cepat. kontolku bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitivenya. Ines meregang tak kuasa menahan napsu, sementara aku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku naik turun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya semakin keras. Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. kontolku yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat.

Aku pun demikian. Ines meraih tubuhku untuk didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga aku menindih tubuhnya dengan erat. Ines membenamkan wajahnya di samping bahuku. Pinggul nya diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai pantatku dan menekannya kuat-kuat. Ines meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang. “maas..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatan yang dialaminya bersamaku. Aku menciumi wajah dan bibirnya.

Ines mendorong tubuhku hingga terlentang. Dia langsung menindihku dan menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhku. Kembali diemutnya kontolku yang masih tegak itu. Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya mengocok-ngocok kontolku. Belum sempat aku mengucapkan sesuatu, Ines langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhku. Nonok nya berada persis di atas kontolku. “Akh!” pekiknya tertahan ketika kontolku dibimbingnya memasuki nonok nya. Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh kontolku. Selanjutnya Ines bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak.

Pinggulnya bergerak turun naik. “Ouugghh. Nes.., luar biasa!” jeritku merasakan hebatnya permainannya. Pinggulnya mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tanganku mencengkeram kedua toketnya, kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkit setengah duduk. Wajah kubenamkan ke dadanya. Menciumi pentilnya. Kuhisap kuat-kuat sambil kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan.

Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Ines berkutat mengaduk-aduk dengan pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku. Tusukan kontolku semakin cepat seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya. Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. AKu merasa pejuku udah mau nyembur.

Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, Ines pun merasakan desakan yang sama. Ines terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejuku nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri nonok nya. Ines pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam dirinya.

Sambil mendesakan pinggulnya kuat-kuat, Ines berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan denganku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. “maas., nikmaat!” jeritnya tak tertahankan. Ines lemes, demikian pula aku. Tenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam!

Akhirnya kami tertidur kelelahan. Liar sekali Ines diranjang, baru sekali aku nemu abg seliar Ines, tetapi dia telah memberikan kenikmatan yang luar biasa yang belum pernah aku dapatkan dari abg lainnya yang pernah kuentot.

 
 

 

IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia
 

IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

Rabu, 22 November 2017

Dengan Beraninya Rika Mengajak Ku Untuk Ngesex dikantor - SiniCrot.

Dengan Beraninya Rika Mengajak Ku Untuk Ngesex dikantor

Aku kenal seorang cewek yang namanya Rika (bukan nama asli), dia wanita yang bekerja di perusahaan asing, masih berumur 21 tahun dan masih perawan, tahunya perawan? Yah sejauh dia sudah sering cerita sama aku soal segala hal soal dirinya dan juga setelah aku coba sendiri.


Lagian aku takut dosa, kalau sampai membobol perawan, tidak kuat menanggung perasaannya. Pokoknya gitu deh.. okeh lanjut. Aku ketemu dia lewat suatu chatting program, tanpa sengaja kita ketemu dan terus hubungan kita makin dalam gara-gara teman aku yang sudah duluan tahu sifat dalamnya dia, cuma sayangnya temanku sudah punya pacar dan aku pas masih single-single saja.

Tidak tahunya Rika adalah wanita bernafsu besar dalam hal seks, namun dia masih ingin mempertahankan keperawanannya. Jadi cuma boleh sebatas di luar menyentuh bibir kemaluan, nggak sampai menerobos ke dalam. Lah, lagian perempuan kalau sudah di dalam posisi seks gimana bisa menolak? (bisa-bisa diperkosa laki-laki) namun aku bukan tipe yang kaya begitu.

Suatu hari aku diundang ke kantornya, bertandang aku ke kantornya sore-sorean, terus dia senang sekali melihat aku datang, karena sudah lama tidak ketemu, namun pertama kali ketemu tidak sampai se-hot ini akhirnya. Sesampai di kantornya langsung tanganku ditarik ke kantornya.

Terus dia menunjukkan ruangan kerjanya, yang mana dia biasa chatting sama aku lewat komputer. Ruangannya memang tertata rapih dan punya kesan eksklusif dan lagi tampaknya kantornya terawat rapih dan masih baru, yang pasti perusahaan asing lebih bermodal dari perusahaan lokal.

Oke, lalu kita duduk-duduk berdampingan sambil menyalakan chatting program, sambil ngobrol-ngobrol, saya berusaha terus dempet-dempet badan dia, sambil berusaha membelokkan pembicaraan ke arah-arah seks, yang mana sering kita bicarakan lewat chating line dan katanya dia sering mastrubasi di rumahnya kalau sehabis chat sama aku di hari kerjanya, malahan dia pernah mastrubasi langsung di WC kantornya, lagian nggak tahan aku pancing-pancing gairah seksnya,

SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia

Dengan membayangkan seolah-olah aku ada di situ dan menyapu seluruh tubuhnya dengan ciuman dan jilatan dan sentuhan-sentuhan, terutama bagian vitalnya yang selalu di usahakan lebih hot dengan seolah-olah penisku di gosok-gosok di sekitar klitorisnya dan Rika tahu betul cara menikmati mastrubasi dan juga mudah terpancing napsunya.

Aku selipkan pelan dari balik baju di bagian punggungnya, naik ke atas ke arah tali BH-nya, lalu dikeluarkan lagi, tangan yang sebelah lagi remas-remas payudaranya dari balik bajunya, dia cuma merem-merem saja mencoba menikmati, sampai tanganku mulai nakal mencoba melepaskan tali behanya dari belakang, dia sedikit takut kalau sampai ada orang yang memergoki, lalu dia berusaha membenahi pakaian, namun behanya sudah tercopot dan aku tarik keluar, sambil aku cium-ciumin, dia cuma senyum saja.

Penisku sudah tegang sekali dari balik celana, lalu aku minta dia duduk di atas anuku (masih pakai celana). Dia ragu-ragu namun saya sedikit memaksa, akhirnya dia mau juga, aku tanya dia berasa tidak kalau anuku sudah keras, dia lalu menurunkan tangannya remas-remas kepala penis aku, terus dia ngangguk-ngangguk saja. Aku ajak tangannya supaya menyelipkan ke dalam celanaku biar megang batang kebahagiaanku yang sudah sebegitu keras, “duhh.. sudah basah nihh”, kata dia memelas.

Langsung tanganku juga nyelip ke dalam celana panjangnya yang sudah dilonggarkan sedikit, turun pelan-pelan mengenai daratan yang ditumbuhi bulu-bulu yang terasa lebat sekali dan rapat, sampai ke bawah sekali, uhh, rupanya siapa yang sudah lebih basah.

IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

Rika cuma merem-merem saja saat liang kewanitaannya di bagian yang berjendolnya aku main-mainin pakai jari dan begitu saya dorong jari saya ke lubang kenikmatannya dia tidak begitu suka, dia lebih suka di main-mainkan di bibirya saja yang berasa kayak ada kacang basah begitu “Lebih nikmat” kata dia begitu.

Akhirnya sambil saya main-mainin. Aku bisik-bisik terus minta cari ruangan di mana saya bisa telanjang berdua dan berhubungan badan dengan dia, dia nya pertama-tama masih takut, takut dipergoki satpam yang berjaga-jaga di luar. Cuma akhirnya dia sudah nafsu juga dan akhirnya menarik tangan saya ke salah satu ruangan yang lain.

“Awas.. ini kantor bos aku.. kudu ati-ati..” katanya. Aku narik salah satu bangku yang ada dan duduk diatasnya. seraya meloroti celanaku dan dia terkejut lihat penisku yang panjangnya 15 cm sudah mengacung-acung, dia juga melucuti pakaiannya satu-satu dan seraya mengarahkan kedua pahanya di antara kedua kakiku.

Aku pegang pahanya yang basah oleh keringat dan menciumi payudaranya yang mengeras, ujung putingnya cukup besar dan dia begitu kenikmatan saat di puntir-puntir oleh lidahku dan disedot-sedot begitu hebatnya. “.. Rik.. masukin dongg.. ssh masukin dong”, pintaku, namun karena masih perawan, dia coba duduki anuku yang kejang dan mengarahkan lubang senggamanya ke anuku, masih susah “. Duh anuku masih rapet nih..” katanya mendesah, “.. Susah” desahnya.

Akhirnya kami hanya mengadu-adu kemaluan kami berdua, ughh.. begitu nikmatnya, walaupun nggak dimasukin namun tetap saja rasanya tidak kalah hebatnya, karena cairan yang dikeluarkan dari Rika sudah sedemikian banyaknya, membasahi permukaan selangkangannya dan penisku.

Suara gesekan bulu kemaluan yang gemerisik dan pantatnya yang kuat menggoyang-goyang, aku pun tidak mau kalah menghentak hentak ke atas anuku, “ohh.. shh… ahh.. ughh.. ahh.. aduh, tidak kuat lagi,.. Enak banget, ahh…” Cratt!! crrtt, cairan putihku pun berhamburan kemana-mana, membasahi rambut-rambut kemaluanku dan kemaluan Rika, dia tersenyum manja.

Lalu Rika si wanita bernafsu besar mengambilkan aku tissue dan lalu membenahi pakaian dan pergi ke WC untuk membersihkan diri.





IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia


IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

Rabu, 08 November 2017

Bebas Leluasa Mencicipi Memek Basah Dari Ririn Ketika Pacar Tidak Ada - SiniCrot.

Bebas Leluasa Mencicipi Memek Basah Dari Ririn Ketika Pacar Tidak Ada 

Saya pertama kali kenalan dengan Ririn waktu saya mengantarkan pacar saya pulang ke tempat kostnya. saya tidak tahu kalau tempat kost itu juga menerima kost untuk hostes-hostes night club. Penghuninya kurang lebih ada 16 orang, cewek semua. Mahasiswinya ada tiga, selebihnya cewek night club semua.


Suatu hari waktu saya ke tempat kost pacar, tidak tahunya di pintu kamar pacar ada note yang isinya dia pulang ke Bandung karena ada urusan keluarga. Ketika saya jalan mau turun tangga, eh Ririn baru keluar dari kamar mandi, dia tersenyum kepadaku. Saya balas senyumnya. Terus dia jalan masuk ke kamarnya. Saya pelan-pelan jalan melewati kamarnya.

Seperti biasa kamarnya tidak dikunci dan kelihatan Ririn sedang berdiri di depan cermin merapikan rambut, bugil berat. Penisku langsung berontak. Tapi dia sepertinya tidak peduli, dia cuma melirik sekilas, terus melanjutkan nyisir rambutnya. Saya tegang banget, saya cepetin langkahku sambil menahan ngilunya penis saya yang kejepit CD.

“Mas Andi kecewa ya pacarnya tidak ada?”, tiba-tiba suara Ririn menghentikan langkahku. Saya langsung berbalik kembali ke kamarnya. Saya berdiri di depan pintu. “Ah tidak…, cuma kaget saja kok tiba-tiba pulang ke Bandung”, jawabku pura-pura melihat ke lantai. “Dari pada tidak ada mainan…, gimana kalau mainin Ririn saja Mas?”, saya kaget banget dengar komentar vulgar seperti itu. “Maksudnya?”, saya pura-pura lugu. Ririn melirik genit terus matanya dikedipin. “Ririn masih ada waktu satu setengah jam lagi kok…”. “Terus?”. “Kata pacar Mas, Mas suka mainin memeknya”. Sialan juga pacarku, masak rahasia kencan diobral ke perempuan seperti gitu. Saya jadi kesel campur malu.

“Kalo Mas mau, mainin saja memek Ririn…, dari pada tidak ada yang bisa dimainin…”, Ririn berkata sambil berjalan ke arahku. Lalu tangannya meremas penisku yang sudah tegang banget.

“Wow…, keras banget. tidak usah takut, Ririn bebas dari penyakit kok”, saya tidak bisa jawab apa-apa lagi. Pintu lalu dibanting pakai kakinya. Terus tahu-tahu saya sudah bugil di depan Ririn. Penisku dikocokin lembut. Rasanya nikmat banget. Jauh lebih nikmat dari pada kocokan pacarku.

Ririn memajukan wajahnya yang manis, terus saya kulum mulutnya. Kita ciuman dengan buas, tanganku meraba clitorisnya, terus saya mainin clitorisnya, saya korek-korek memek basah-nya. Bulunya lebat banget. Tiba-tiba Ririn jongkok terus penisku disedotnya, dijilat-jilat seperti lagi menjilati permen lolypop. Saya lihatin kegiatannya. Saya setubuhi mulutnya, biji penisku juga dijilatinya.

SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia

Akhirnya saya dorong dia ke atas ranjang, terus kita ambil posisi 69. Saya melakukan survey dengan lidah. Saya hisap-hisap bulunya yang masih lembab, karena baru mandi. Dari celah kewanitaannya masih tercium bau sabun, harum sekali, saya buka bibir memek basah-nya yang berwarna merah tua. Lubang bagian dalam warnanya merah muda, saya lihat ada lubang kecil, mungkin itu lubang pipis.

Saya sedot clitorisnya, terus saya masukin lidahku sedalam-dalamnya. Ririn menjerit kecil, saya makin horny. Terus saya berbalik, sekarang saya sedotin puting susunya yang kecil, tangan saya meremas payudaranya dengan keras. Saya lihat dia menggigit bibir, tapi dia tidak mencoba berontak atas kekasaranku.

Saya jadi makin gila, penisku yang sudah tegang langsung saya sodok ke lubang senggamanya, ketika masuk…, aduh enaknya bukan main. Saya jadi ikut-ikutan mengerang nikmat. Saya genjot penisku dengan cepat, kadang saya pelanin terus saya benamkan sedalam-dalamnya sampai Ririn menjerit lagi.

“Mas, Mas…, aduh…, nikmat banget…, tusuk lagi yang keras Mas..!” dia mengerang-erang, langsung saja saya ikutin permintaannya. Tak lama Ririn mendesah hebat sambil memeluk badanku erat-erat, badannya meliuk-liuk, tangannya meremas-remas pantatku. Sakit banget…, sialan. Padahal saya juga pingin keluar juga, gara-gara diremas begitu spermaku jadi balik lagi.

Saya jadi agak kesal. Setelah saya berasa tubuh Ririn melemas, saya cabut penisku, waah…, penisku basah banget, sepertinya basah dengan lendirku. Terus saya angkat kedua kakinya ke atas, langsung saya arahkan penisku ke lubang pantatnya. Ririn memberontak, tapi saya tahan terus sambil menyodok sekeras-kerasnya ke dalam lubang pantatnya.

“Gila…! Jangan disitu…, aduh, sakit bangeet…, jangaan…”, saya lihat dia sampai keluar air matanya karena kesakitan, tapi sudah telanjur, penisku sudah masuk semua, perih juga sih, tapi jepitannya betul-betul membuat mataku nanar. Enak banget!

IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

“Pelan-pelan genjotnya Mas…, sakit banget nih…, kasar banget sich?”, Tangan Ririn mencubit pantatku, saya sudah tidak peduli, saya genjot lubang pantatnya yang betul-betul sempit. Lalu dia mengeluh, tapi mencoba menggoyang supaya saya nikmat. Akhirnya saya tidak tahan lagi, buru-buru saya cabut penisku, terus secepat kilat saya sodok ke dalam mulut Ririn yang lagi megap-megap oleh rintihan kesakitannya.

Matanya langsung melotot seperti pingin keluar, tapi penisku sudah masuk dalam banget, saya lihat dia mau protes tapi yang saya rasakan dia mulai menyedot penisku sambil tangannya mengocok penisku. Rasanya tidak ada duanya, sungguh profesional banget cewek ini.

“Aakhh…”, cuma suara itu yang keluar dari mulutku, selebihnya penisku seperti dipompa sampai bocor dalam mulut Ririn. Spermaku sepertinya tidak mau berhenti, rasanya nikmat. Penisku terus dikeluarin, lalu digosok diseluruh wajahnya.

Tangannya mengurut penisku, sampai terakhir menetes juga spermaku satu tetes kedalam mulutnya. Dia memandangku dengan pandangan sayu. Saya langsung roboh di atas tubuhnya, saya gigit pundaknya, saya sedotin lehernya, saya kulum telinganya. Dia memelukku sambil menjilati pundakku.

“Lain kali kalo habis masuk lubang pantat jangan dimasukin ke dalam mulut saya dong…”, Akhirnya dia protes juga. Saya diam saja, lain kali urusan belakangan.

Setelah kejadian itu, saya kontrakin rumah kecil buat Ririn. Terus pelan-pelan saya putusin hubungan saya sama pacarku. Selanjutnya saya tinggal bersama Ririn. Dia terus kerja, saya juga terus kerja. Tiap malam saya menikmati memek basah-nya, dan itu berlangsung sampai sekarang.



IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia


IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia


SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia

Rabu, 01 November 2017

Mendapatkan Bonus Lebih Dari Majikanku ketika Suaminya Tidak di Rumah - SiniCrot.

Mendapatkan Bonus Lebih Dari Majikanku ketika Suaminya Tidak di Rumah

Sebut saja namanya “Sidar” (nama samaran). Dia adalah seorang wanita bersuku campuran. Bapaknya berasal dari kota Menado dan Ibunya dari kota Makassar. Bapaknya adalah seorang polisi berpangkat Serma, sedang ibunya adalah pengusaha kayu.


Singkat cerita, ketika hari pertama aku ketemu dengan teman kuliahku, rasanya kami langsung akrab karena memang sewaktu kami sama-sama duduk di bangku kuliah, kami sangat kompak dan sering tidur bersama di rumah kos-ku di kota Bone. Bahkan seringkali dia mentraktirku.

“Nis, aku senang sekali bertemu denganmu dan memang sudah lama kucari-cari, maukah kamu mengingap barang sehari atau 2 hari di rumahku?” katanya padaku sambil merangkulku dengan erat sekali. Nama teman kuliahku itu adalah “Nasir”.

“Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku sangat bersukur kita bisa ketemu di tempat ini. Mungkin inilah namanya nasib baik, karena aku sama sekali tidak menduga kalo kamu tinggal di kota Makassar ini” jawabku sambil membalas rangkulannya. Kami berangkulan cukup lama di sekitar pasar sentral Makassar, tepatnya di tempat jualan cakar.

“Ayo kita ke rumah dulu Nis, nanti kita ngobrol panjang lebar di sana, sekaligus kuperkenalkan istriku” ajaknya sambil menuntunku naik ke mobil Feroza miliknya. Setelah kami tiba di halaman rumahnya, Nasir terlebih dahulu turun dan segera membuka pintu mobilnya di sebelah kiri lalu mempersilakan aku turun.

Aku sangat kagum melihat rumah tempat tinggalnya yang berlantai 2. Lantai bawah digunakan sebagai gudang dan kantor perusahaannya, sementara lantai atas digunakan sebagai tempat tinggal bersama istri. Aku hanya ikut di belakangnya.

“Inilah hasil usaha kami Nis selama beberapa tahun di Makassar” katanya sambil menunjukkan tumpukan beras dan ruangan kantornya. “Wah cukup hebat kamu Sir. Usahamu cukup lumayan. Kamu sangat berhasil dibanding aku yang belum jelas sumber kehidupanku” kataku padanya. “Dar, Dar, inilah teman kuliahku dulu yang pernah kuceritakan tempo hari. Kenalkan istri cantik saya” teriak Nasir memanggil istrinya dan langsung kami dikenalkan. “Sidar”, kata istrinya menyebut namanya ketika kusalami tangannya sambil ia tersenyum ramah dan manis seolah menunjukkan rasa kegembiraan. “Anis”, kataku pula sambil membalas senyumannya.

Nampaknya Sidar ini adalah seorang istri yang baik hati, ramah dan selalu memelihara kecantikannya. Usianya kutaksir baru sekitar 25 tahun dengan tubuh sedikit langsing dan tinggi badan sekitar 145 cm serta berambut agak panjang. Tangannya terasa hangat dan halus sekali.

Setelah selesai menyambutku, Sidar lalu mempersilakanku duduk dan ia buru-buru masuk ke dalam seolah ada urusan penting di dalam. Belum lama kami bincang-bincang seputar perjalanan usaha Nasir dan pertemuannya dengan Sidar di Kota Makassar ini, dua cangkir kopi susu beserta kue-kue bagus dihidangkan oleh Sidar di atas meja yang ada di depan kami.

“Silakah Kak, dinikmati hidangan ala kadarnya” ajakan Sidar menyentuh langsung ke lubuk hatiku. Selain karena senyuman manisnya, kelembutan suaranya, juga karena penampilan, kecantikan dan sengatan bau farfumnya yang harum itu. Dalam hati kecilku mengatakan, alangkah senang dan bahagianya Nasir bisa mendapatkan istri seperti Sidar ini. Seandainya aku juga mempunyai istri seperti dia, pasti aku tidak bisa ke mana-mana

IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

“Eh, kok malah melamun. Ada masalah apa Nis sampai termenung begitu? Apa yang mengganggu pikiranmu?” kata Nasir sambil memegang pundakku, sehingga aku sangat kaget dan tersentak. “Ti.. Tidak ada masalah apa-apa kok. Hanya aku merenungkan sejenak tentang pertemuan kita hari ini. Kenapa bisa terjadi yah,” alasanku.

Sidar hanya terdiam mendengar kami bincang-bincang dengan suaminya, tapi sesekali ia memandangiku dan menampakkan wajah cerianya. “Sekarang giliranmu Nis cerita tentang perjalanan hidupmu bersama istri setelah sejak tadi hanya aku yang bicara.

Silahkan saja cerita panjang lebar mumpun hari ini aku tidak ada kesibukan di luar. Lagi pula anggaplah hari ini adalah hari keistimewaan kita yang perlu dirayakan bersama. Bukankah begitu Dar..?” kata Nasir seolah cari dukungan dari istrinya dan waktunya siap digunakan khusus untukku.
“Ok, kalau gitu aku akan utarakan sedikit tentang kehidupan rumah tanggaku, yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan rumah tangga kalian” ucapanku sambil memperbaiki dudukku di atas kursi empuk itu.

“Maaf jika terpaksa kuungkapkan secara terus terang. Sebenarnya kedatanganku di kota Makassar ini justru karena dipicu oleh problem rumah tanggaku.

Aku selalu cekcok dan bertengkar dengan istriku gara-gara aku kesulitan mendapatkan lapangan kerja yang layak dan mempu menghidupi keluargaku. Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan rumah guna mencari pekerjaan di kota ini.

Eh.. Belum aku temukan pekerjaan, tiba-tiba kita ketemu tadi setelah dua hari aku ke sana ke mari. Mungkin pertemuan kita ini ada hikmahnya. Semoga saja pertemuan kita ini merupakan jalan keluar untuk mengatasi kesulitan rumahtanggaku” Kisahku secara jujur pada Nasir dan istrinya.

Mendengar kisah sedihku itu, Nasir dan istrinya tak mampu berkomentar dan nampak ikut sedih, bahkan kami semua terdiam sejenak. Lalu secara serentak mulut Nasir dan istrinya terbuka dan seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba mereka saling menatap dan menutup kembali mulutnya seolah mereka saling mengharap untuk memulai, namun malah mereka ketawa terbahak, yang membuatku heran dan memaksa juga ketawa.

“Begini Nis, mungkin pertemuan kita ini benar ada hikmahnya, sebab kebetulan sekali kami butuh teman seperti kamu di rumah ini.

Kami kan belum dikaruniai seorang anak, sehingga kami selalu kesepian. Apalagi jika aku ke luar kota misalnya ke Bone, maka istriku terpaksa sendirian di rumah meskipun sekali-kali ia memanggil kemanakannya untuk menemani selama aku tidak ada, tapi aku tetap menghawatirkannya.

Untuk itu, jika tidak memberatkan, aku inginkan kamu tinggal bersamaku. Anggaplah kamu sudah dapatkan lapangan kerja baru sebagai sumber mata pencaharianmu. Segala keperluan sehari-harimu, aku coba menanggung sesuai kemampuanku” kata Nasir bersungguh-sungguh yang sesekali diiyakan oleh istrinya.

“Maaf kawan, aku tidak mau merepotkan dan membebanimu. Biarlah aku cari kerja di tempat lain saja dan..” Belum aku selesai bicara, tiba-tiba Nasir memotong dan berkata.. “Kalau kamu tolak tawaranku ini berarti kamu tidak menganggapku lagi sebagai sahabat. Kami ikhlas dan bermaksud baik padamu Nis” katanya. “Tetapi,” Belum kuutarakan maksudku, tiba-tiba Sidar juga ikut bicara.. “Benar Kak, kami sangat membutuhkan teman di rumah ini. Sudah lama hal ini kami pikirkan tapi mungkin baru kali ini dipertemukan dengan orang yang tepat dan sesuai hati nurani.

SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia

Apalagi Kak Anis ini memang sahabat lama Kak Nasir, sehingga kami tidak perlu ragukan lagi. Bahkan kami sangat senan jika Kak sekalian menjemput istrinya untuk tinggal bersama kita di rumah ini” ucapan Sidar memberi dorongan kuat padaku.

“Kalau begitu, apa boleh buat. Terpaksa kuterima dengan senang hati, sekaligus kuucapkan terima kasih yang tak terhingga atas budi baiknya. Tapi sayangnya, aku tak memiliki keterampilan apa-apa untuk membantu kalian” kataku dengan pasrah.

Tiba-tiba Nasir dan Sidar bersamaan berdiri dan langsung saling berpelukan, bahkan saling mengecup bibir sebagai tanda kegembiraannya. Lalu Nasir melanjutkan rangkulannya padaku dan juga mengecup pipiku, sehingga aku sedikit malu dibuatnya.

“Terima kasih Nis atas kesediaanmu menerima tawaranku semoga kamu berbahagia dan tidak kesulitan apapun di rumah ini.

Kami tak membutuhkan keterampilanmu, melainkan kehadiranmu menemani kami di rumah ini. Kami hanya butuh teman bermain dan tukar pikiran, sebab tenaga kerjaku sudah cukup untuk membantu mengelola usahaku di luar. Kami sewaktu-waktu membutuhkan nasehatmu dan istriku pasti merasa terhibur dengan kehadiranmu menemani jika aku keluar rumah” katanya dengan sangat bergembira dan senang mendengar persetujuanku.

Kurang lebih satu bulan lamanya kami seolah hanya diperlakukan sebagai raja di rumah itu. Makanku diurus oleh Sidar, tempat tidurku terkadang juga dibersihkan olehnya, bahkan ia meminta untuk mencuci pakaianku yang kotor tapi aku keberatan.

Selama waktu itu pula, aku sudah dilengkapi dengan pakaian, bahkan kamar tidurku dibelikan TV 20 inch lengkap dengan VCD-nya. Aku sangat malu dan merasa berutang budi pada mereka, sebab selain pakaian, akupun diberi uang tunai yang jumlahnya cukup besar bagiku, bahkan belakangan kuketahui jika ia juga seringkali kirim pakaian dan uang ke istri dan anak-anakku di Bone lewat mobil.

Kami bertiga sudah cukup akrab dan hidup dalam satu rumah seperti saudara kandung bersenda gurau, bercengkerama dan bergaul tanpa batas seolah tidak ada perbedaan status seperti majikan dan karyawannya. Kebebasan pergaulanku dengan Sidar memuncak ketika Nasir berangkat ke Sulawesi Tenggara selama beberapa hari untuk membawa beras untuk di jual di sana karena ada permintaan dari langgarannya.

Pada malam pertama keberangkatan Nasir, Sidar nampak gembira sekali seolah tidak ada kekhawatiran apa-apa. Bahkan sempat mengatakan kepada suaminya itu kalau ia tidak takut lagi ditinggalkan meskipun berbulan-bulan lamanya karena sudah ada yang menjaganya, namun ucapannya itu dianggapnya sebagai bentuk humor terhadap suaminya. Nasir pun nampak tidak ada kekhawatiran meninggalkan istrinya dengan alasan yang sama.

Malam itu kami (aku dan Sidar) menonton bersama di ruang tamu hingga larut malam, karena kami sambil tukar pengalaman, termasuk soal sebelum nikah dan latar belakang perkawinan kami masing-masing. Sikap dan tingkah laku Sidar sedikit berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Malam itu, Sidar membuat kopi susu dan menyodorkanku bersama pisang susu, lalu kami nikmati bersama-sama sambil nonton.

Ia makan sambil berbaring di sampingku seolah dianggap biasa saja. Sesekali ia membalikkan tubuhnya kepadaku sambil bercerita, namun aku pura-pura bersikap biasa, meskipun ada ganjalan aneh di benakku. “Nis, kamu tidak keberatan khan menemaniku nonton malam ini? Besok khan tidak ada yang mengganggu kita sehingga kita bisa tidur siang sepuasnya?” tanya Sidar tiba-tiba seolah ia tak mengantuk sedikitpun.

“Tidak kok Dar. Aku justru senang dan bahagia bisa nonton bersama majikanku” kataku sedikit menyanjungnya. Sidar lalu mencubitku dan.. “Wii de.. De, kok aku dibilangin majikan. Sebel aku mendengarnya. Ah, jangan ulang kata itu lagi deh, aku tak sudi dipanggil majikan” katanya. “Hi.. Hi.. Hi, tidak salah khan. Maaf jika tidak senang, aku hanya main-main. Lalu aku harus panggil apa? Adik, Non, Nyonya atau apa?” “Terserah dech, yang penting bukan majikan. Tapi aku lebih seneng jika kamu memanggil aku adik” katanya santai. “Oke kalau begitu maunya. Aku akan panggil adik saja” kataku lagi. Malam semakin larut. Tak satupun terdengar suara kecuali suara kami berdua dengan suara TV. Sidar tiba-tiba bangkit dari pembaringannya.

SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia

“Nis, apa kamu sering nonton kaset VCD bersama istrimu?” tanya Sidar dengan sedikit rendah suaranya seolah tak mau didengar orang lain. “Eng.. Pernah, tapi sama-sama dengan orang lain juga karena kami nonton di rumahnya” jawabku menyembunyikan sikap keherananku atas pertanyaannya yang tiba-tiba dan sedikit aneh itu.

“Kamu ingat judulnya? Atau jalan ceritanya?” tanyanya lagi. “Aku lupa judulnya, tapi pemainnya adalah Rhoma Irama dan ceritanya adalah masalah percintaan” jawabku dengan pura-pura bersikap biasa.

“Masih mau ngga kamu temani aku nonton film dari VCD? Kebetulan aku punya kaset VCD yang banyak. Judulnya macam-macam. Terserah yang mana Anis suka” tawarannya, tapi aku sempat berfikir kalau Sidar akan memutar film yang aneh-aneh, film orang dewasa dan biasanya khusus ditonton oleh suami istri untuk membangkitkan gairahnya. Setelah kupikir segala resiko, kepercayaan dan dosa, aku lalu bikin alasan.

“Sebenarnya aku senang sekali, tapi aku takut.. Eh.. Maaf aku sangat ngantuk. Jika tidak keberatan, lain kali saja, pasti kutemani” kataku sedikit bimbang dan takut alasanku salah. Tapi akhirnya ia terima meskipun nampaknya sedikit kecewa di wajahnya dan kurang semangat.

“Baiklah jika memang kamu sudah ngantuk. Aku tidak mau sama sekali memaksamu, lagi pula aku sudah cukup senang dan bahagia kamu bersedia menemaniku nonton sampai selarut ini. Ayo kita masuk tidur” katanya sambil mematikan TV-nya, namun sebelum aku menutup pintu kamarku, aku melihat sejenak ia sempat memperhatikanku, tapi aku pura-pura tidak menghiraukannya.

Di atas tempat tidurku, aku gelisah dan bingung mengambil keputusan tentang alasanku jika besok atau lusa ia kembali mengajakku nonton film tersebut. Antara mau, malu dan rasa takut selalu menghantukiku. Mungkin dia juga mengalami hal yang sama, karena dari dalam kamarku selalu terdengar ada pintu kamar terbuka dan tertutup serta air di kamar mandi selalu kedengaran tertumpah.
Setelah kami makan malam bersama keesokan harinya, kami kembali nonton TV sama-sama di ruang tamu, tapi penampilan Sidar kali ini agak lain dari biasanya. Ia berpakaian serba tipis dan tercium bau farfumnya yang harum menyengat hidup sepanjang ruang tamu itu.

Jantungku sempat berdebar dan hatiku gelisah mencari alasan untuk menolak ajakannya itu, meskipun gejolak hati kecilku untuk mengikuti kemauannya lebih besar dari penolakanku. Belum aku sempat menemukan alasan tepat, maka

“Nis, masih ingat janjimu tadi malam? Atau kamu sudah ngantuk lagi?” pertanyaan Sidar tiba-tiba mengagetkanku.

“O, oohh yah, aku ingat. Nonton VCD khan? Tapi jangan yang seram-seram donk filmnya, aku tak suka. Nanti aku mimpi buruk dan membuatku sakit, khan repot jadinya” jawabku mengingatkan untuk tidak memutar film porn.

“Kita liat aja permainannya. Kamu pasti senang menyaksikannya, karena aku yakin kamu belum pernah menontonnya, lagi pula ini film baru” kata Sidar sambil meraih kotak yang berisi setumpuk kaset VCD lalu menarik sekeping kaset yang paling di atas seolah ia telah mempersiapkannya, lalu memasukkan ke CD, lalu mundur dua langkah dan duduk di sampingku menunggu apa gerangan yang akan muncul di layar TV tersebut.

Dag, dig, dug, getaran jantungku sangat keras menunggu gambar yang akan tampil di layar TV. Mula-mula aku yakin kalau filmnya adalah film yang dapat dipertontonkan secara umum karena gambar pertama yang muncul adalah dua orang gadis yang sedang berloma naik speed board atau sampan dan saling membalap di atas air sungat.

Namun dua menit kemudian, muncul pula dua orang pria memburuhnya dengan naik kendaraan yang sama, akhirnya keempatnya bertemu di tepi sungai dan bergandengan tangan lalu masuk ke salah satu villa untuk bersantai bersama.

Tak lama kemudian mereka berpasang-pasangan dan saling membuka pakaiannya, lalu saling merangkul, mencium dan seterusnya sebagaimana layaknya suami istri. Niat penolakanku tadi tiba-tiba terlupakan dan terganti dengan niat kemauanku.

Kami tidak mampu mengeluarkan kata-kata, terutama ketika kami menyaksikan dua pasang muda mudi bertelanjang bulat dan saling menjilati kemaluannya, bahkan saling mengadu alat yang paling vitalnya. Kami hanya bisa saling memandang dan tersenyum.

“Gimana Nis,? Asyik khan? Atau ganti yang lain saja yang lucu-lucu?” pancing Sidar, tapi aku tak menjawabnya, malah aku melenguh panjang. “Apa kamu sering dan senang nonton film beginian bersama suamimu?” giliran aku bertanya, tapi Sidar hanya menatapku tajam lalu mengangguk.

“Hmmhh” kudengar suara nafas panjang Sidar keluar dari mulutnya. “Apa kamu pernah praktekkan seperti di film itu Nis?” tanya Sidar ketika salah seorang wanitanya sedang menungging lalu laki-lakinya menusukkan kontolnya dari belakang lalu mengocoknya dengan kuat.

“Tidak, belum pernah” jawabku singkat sambil kembali bernafas panjang. “Maukah kamu mencobanya nanti?” tanya Sidar dengan suara rendah. “Dengan siapa, kami khan pisah dengan istri untuk sementara” kataku. “Jika kamu bertemu istrimu nanti atau wanita lain misalnya” kata Sidar.

“Yachh.. Kita liat saja nanti. Boleh juga kami coba nanti hahaha” kataku. “Nis, apa malam ini kamu tidak ingin mencobanya?” Tanya Sidar sambil sedikit merapatkan tubuhnya padaku. Saking rapatnya sehingga tubuhnya terasa hangatnya dan bau harumnya.

“Dengan siapa? Apa dengan wanita di TV itu?” tanyaku memancing. “Gimana jika dengan aku? Mumpung hanya kita berdua dan nggak bakal ada orang lain yang tahu. Mau khan?” Tanya Sidar lebih jelas lagi mengarah sambil menyentuh tanganku, bahkan menyandarkan badannya ke badanku.
Sungguh aku kaget dan jantungku seolah copot mendengar rincian pertanyaannya itu, apalagi ia menyentuhku. Aku tidak mampu lagi berpikir apa-apa, melainkan menerima apa adanya malam itu. Aku tidak akan mungkin mampu menolak dan mengecewakannya, apalagi aku sangat menginginkannya, karena telah beberapa bulan aku tidak melakukan sex dengan istriku. Aku mencoba merapatkan badanku pula, lalu mengelus tangannya dan merangkul punggungnya, sehingga terasa hangat sekali.

IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia

“Apa kamu serius? Apa ini mimpi atau kenyataan?” Tanyaku amat gembira. “Akan kubuktikan keseriusanku sekarang. Rasakan ini sayang” tiba-tiba Sidar melompat lalu mengangkangi kedua pahaku dan duduk di atasnya sambil memelukku, serta mencium pipi dan bibirku bertubi-tubi.

Tentu aku tidak mampu menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku segera menyambutnya dan membalasnya dengan sikap dan tindakan yang sama. Nampaknya Sidar sudah ingin segera membuktikan dengan melepas sarung yang dipakainya, tapi aku belum mau membuka celana panjang yang kepakai malam itu.

Pergumulan kami dalam posisi duduk cukup lama, meskipun berkali-kali Sidar memintaku untuk segera melepaskan celanaku, bahkan ia sendiri beberapa kali berusaha membuka kancingnya, tapi selalu saja kuminta agar ia bersabar dan pelan-pelan sebab waktunya sangat panjang.

“Ayo Kak Nis, cepat sayang. Aku sudah tak tahan ingin membuktikannya” rayu Sidar sambil melepas rangkulannya lalu ia tidur telentang di atas karpet abu-abu sambil menarik tanganku untuk menindihnya. Aku tidak tega membiarkan ia penasaran terus, sehingga aku segera menindihnya.

“Buka celana sayang. Cepat.. Aku sudah capek nih, ayo dong,” pintanya.

Akupun segera menuruti permintaannya dan melepas celana panjangku. Setelah itu, Sidar menjepitkan ujung jari kakinya ke bagian atas celana dalamku dan berusaha mendorongnya ke bawah, tapi ia tak berhasil karena aku sengaja mengangkat punggungku tinggi-tinggi untuk menghindarinya.

Ketika aku mencoba menyingkap baju daster yang dipakaianya ke atas lalu ia sendiri melepaskannya, aku kaget sebab tak kusangka kalau ia sama sekali tidak pakai celana. Dalam hatiku bahwa mungkin ia memang sengaja siap-siap akan bersetubuh denganku malam itu.

Di bawah sinar lampu 10 W yang dibarengi dengan cahaya TV yang semakin seru bermain bugil, aku sangat jelas menyaksikan sebuah lubang yang dikelilingi daging montok nan putih mulus yang tidak ditumbuhi bulu selembar pun. Tampak menonjol sebuah benda mungil seperti biji kacang di tengah-tengahnya.

Rasanya cukup menantang dan mempertinggi birahiku, tapi aku tetap berusaha mengendalikannya agar aku bisa lebih lama bermain-main dengannya. Ia sekarang sudah bugil 100%, sehingga terlihat bentuk tubuhnya yang langsing, putih mulus dan indah sekali dipandang.

“Ayo donk, tunggu apa lagi sayang. Jangan biarkan aku tersiksa seperti ini” pinta Sidar tak pernah berhenti untuk segera menikmati puncaknya.“Tenang sayang. Aku pasti akan memuaskanmu malam ini, tapi saya masih mau bermain-main lebih lama biar kita lebih banyak menikmatinya”kataku.. Secara perlahan tapi pasti, ujung lidahku mulai menyentuh tepi lubang kenikmatannya sehingga membuat pinggulnya bergerak-gerak dan berdesis.

“Nikmat khan kalau begini?” tanyaku berbisik sambil menggerak-gerakkan lidahku ke kiri dan ke kanan lalu menekannya lebih dalam lagi sehingga Sidar setengah berteriak dan mengangkat tinggi-tinggi pantatnya seolah ia menyambut dan ingin memperdalam masuknya ujung lidahku. Ia hanya mengangguk dan memperdengarkan suara desis dari mulutnya.

“Auhh.. Aakkhh.. Iihh.. Uhh.. Oohh.. Sstt” suara itu tak mampu dikurangi ketika aku gocok-gocokkan secara lebih dalam dan keras serta cepat keluar masuk ke lubang kemaluannya. “Teruuss sayang, nikkmat ssekalii.. Aakhh.. Uuhh. Aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya” katanya dengan suara yang agak keras sambil menarik-narik kepalaku agar lebih rapat lagi.

“Bagaimana? Sudah siap menyambut lidahku yang panjang lagi keras?” tanyaku sambil melepaskan seluruh pakaianku yang masih tersisa dan kamipun sama-sama bugil. Persentuhan tubuhku tak sehelai benangpun yang melapisinya. Terasa hangatnya hawa yang keluar dari tubuh kami.

“Iiyah,. Dari tadi aku menunggu. Ayo,. Cepat” kata Sidar tergesa-gesa sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya, bahkan membuka lebar-lebar lubang vaginanya dengan menarik kiri kanan kedua bibirnya untuk memudahkan jalannya kemaluanku masuk lebih dalam lagi.

Aku pun tidak mau menunda-nunda lagi karena memang aku sudah puas bermain lidah di mulut atas dan mulut bawahnya, apalagi keduanya sangat basah. Aku lalu mengangkat kedua kakinya hingga bersandar ke bahuku lalu berusaha menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vagina yang sejak tadi menunggu itu. Ternyata tidak mampu kutembus sekaligus sesuai keinginanku. Ujung kulit penisku tertahan, padahal Sidar sudah bukan perawan lagi.

“Ssaakiit ssediikit.., ppeelan-pelan sedikit” kata Sidar ketika ujung penisku sedikit kutekan agak keras. Aku gerakkan ke kiri dan ke kanan tapi juga belum berhasil amblas.

Aku turunkan kedua kakinya lalu meraih sebuah bantal kursi yang di belakanku lalu kuganjalkan di bawah pinggulnya dan membuka lebar kedua pahanya lalu kudorong penisku agak keras sehingga sudah mulai masuk setengahnya. Sidarpun merintih keras tapi tidak berkata apa-apa, sehingga aku tak peduli, malah semakin kutekan dan kudorong masuk hingga amblas seluruhnya.

Setelah seluruh batang penisku terbenam semua, aku sejenak berhenti bergerak karena capek dan melemaskan tubuhku di atas tubuh Sidar yang juga diam sambil bernafas panjang seolah baru kali ini menikmati betul persetubuhan.

Sidar kembali menggerak-gerakkan pinggulnya dan akupun menyambutnya. Bahkan aku tarik maju mundur sedikit demi sedikit hingga jalannya agak cepat lalu cepat sekali. Pinggul kami bergerak, bergoyang dan berputar seirama sehingga menimbulkan bunyi-bunyian yangberirama pula.

“Tahan sebentar” kataku sambil mengangkat kepala Sidar tanpa mencabut penisku dari lubang vagina Sidar sehingga kami dalam posisi duduk.

Kami saling merangkul dan menggerakkan pinggul, tapi tidak lama karena terasa sulit. Lalu aku berbaring dan telentang sambil menarik kepada Sidar mengikutiku, sehingga Sidar berada di atasku. Kusarankan agar ia menggoyang, mengocok dan memompa dengan keras lagi cepat.

Ia pun cukup mengerti keinginanku sehingga kedua tangannya bertumpu di atas dadaku lalu menghentakkan agak keras bolak balik pantatnya ke penisku, sehingga terlihat kepalanya lemas dan seolah mau jatuh sebab baru kali itu ia melakukannya dengan posisi seperti itu. Karena itu, kumaklumi jika ia cepat capek dan segera menjatuhkan tubuhnya menempel ke atas tubuhku, meskipun pinggulnya masih tetap bergerak naik turun.

“Kamu mungkin sangat capek. Gimana kalau ganti posisi?” kataku sambil mengangkat tubuh Sidar dan melapas rangkulannya.

“Posisi bagaimana lagi? Aku sudah beberapa kali merasa nikmat sekali” tanyanya heran seolah tidak tahu apa yang akan kulakukan, namun tetap ia ikuti permintaanku karena ia pun merasa sangat nikmat dan belum pernah mengalami permainan seperti itu sebelumnya.

“Terima saja permainanku. Aku akan tunjukkan beberapa pengalamanku” “Yah.. Yah.. Cepat lakukan apa saja” katanya singkat.

Aku berdiri lalu mengangkat tubuhnya dari belakang dan kutuntunnya hingga ia dalam posisi nungging. Setelah kubuka sedikit kedua pahanya dari belakan, aku lalu menusukkan kembali ujung penisku ke lubangnya lalu mengocok dengan keras dan cepat sehingga menimbulkan bunyi dengan irama yang indah seiring dengan gerakanku.

SINICAPSA - Agen Judi Poker Domino99 Capsa Susun Ceme Live Poker Indonesia

Sidar pun terengah-engah dan napasnya terputus-putus menerima kenikmatan itu. Posisi kami ini tak lama sebab Sidar tak mampu menahan rasa capeknya berlutut sambil kupompa dari belakan. Karenanya, aku kembalikan ke posisi semula yaitu tidur telentang dengan paha terbuka lebar lalu kutindih dan kukocok dari depan, lalu kuangkat kedua kakinya bersandar ke bahuku.

Posisi inilah yang membuat permainan kami memuncak karena tak lama setelah itu, Sidar berteriak-teriak sambil merangkul keras pinggangku dan mencakar-cakar punggungku. Bahkan sesekali menarik keras wajahku menempel ke wajahnya dan menggigitnya dengan gigitan kecil. Bersamaan dengan itu pula, aku merasakan ada cairan hangat mulai menjalar di batang penisku, terutama ketika terasa sekujur tubuh Sidar gemetar.

Aku tetap berusaha untuk menghindari pertemuan antara spermaku dengan sel telur Sidar, tapi terlambat, karena baru aku mencoba mengangkat punggungku dan berniat menumpahkan di luar rahimnya, tapi Sidar malah mengikatkan tangannya lebih erat seolah melarangku menumpahkan di luar yang akhirnya cairan kental dan hangat itu terpaksa tumpah seluruhnya di dalam rahim Sidar.

Sidar nampaknya tidak menyesal, malah sedikit ceria menerimanya, tapi aku diliputi rasa takut kalau-kalau jadi janin nantinya, yang akan membuatku malu dan hubungan persahabatanku berantakan. Setelah kami sama-sama mencapai puncak, puas dan menikmati persetubuhan yang sesungguhnya, kami lalu tergeletak di atas karpet tanpa bantal. Layar TV sudah berwarna biru karena pergumulan filmnya sejak tadi selesai.

Aku lihat jam dinding menunjukkan pukul 12.00 malam tanpa terasa kami bermain kurang lebih 3 jam. Kami sama-sama terdiam dan tak mampu berkata-kata apapun hingga tertidur lelap. Setelah terbangun jam 7.00 pagi di tempat itu, rasanya masih terasa capek bercampur segar.

“Nis, kamu sangat hebat. Aku belum pernah mendapatkan kenikmatan dari suamiku selama ini seperti yang kamu berikan tadi malam” kata Sidar ketika ia juga terbangun pagi itu sambil merangkulku. “Benar nih, jangan-jangan hanya gombal untuk menyenangkanku” tanyaku. “Sumpah.. Terus terang suamiku lebih banyak memikirkan kesenangannya dan posisi mainnya hanya satu saja.

Ia di atas dan aku di bawah. Kadang ia loyo sebelum kami apa-apa. Kontolnya pendek sekali sehingga tidak mampu memberikan kenikmatan padaku seperti yang kami berikan. Andai saja kamu suamiku, pasti aku bahagia sekali dan selalu mau bersetubuh, kalau perlu setiap hari dan setiap malam” paparnya seolah menyesali hubungannya dengan suaminya dan membandingkan denganku.

“Tidak boleh sayang. Itu namanya sudah jodoh yang tidak mampu kita tolak. Kitapun berjodoh bersetubuh dengan cara selingkuh. Sudahlah. Yang penting kita sudah menikmatinya dan akan terus menikmatinya” kataku sambil menenangkannya sekaligus mencium keningnya.

“Maukah kamu terus menerus memberiku kenikmatan seperti tadi malam itu ketika suamiku tak ada di rumah” tanyanya menuntut janjiku. “Iyah, pasti selama aman dan aku tinggal bersamamu. Masih banyak permainanku yang belum kutunjukkan” kataku berjanji akan mengulanginya

“Gimana kalau istri dan anak-anakmu nanti datang?” tanyanya khawatir. “Gampang diatur. Aku kan pembantumu, sehingga aku bisa selalu dekat denganmu tanpa kecurigaan istriku.

Apalagi istriku pasti tak tahan tinggal di kota sebab ia sudah terbiasa di kampung bersama keluarganya tapi yang kutakutkan jika kamu hamil tanpa diakui suamimu” kataku. “Aku tak bakal hamil, karena aku akan memakan pil KB sebelum bermain seperti yang kulakukan tadi malam, karena memang telah kurencanakan” kara Sidar terus terang.

Setelah kami bincang-bincang sambil tiduran di atas karpet, kami lalu ke kamar mandi masing-masing membersihkan diri lalu kami ke halaman rumah membersihkan setelah sarapan pagi bersama. Sejak saat itu, kami hampir setiap malam melakukannya, terutama ketika suami Sidar tak ada di rumah, baik siang hari apalagi malam hari, bahkan beberapa kali kulakukan di kamarku ketika suami Sidar masih tertidur di kamarnya, sebab Sidar sendiri yang mendatangi kamarku ketika sedang “haus”.

Entah sampai kapan hal ini akan berlangsung, tapi yang jelas hingga saat ini kami masih selalu ingin melakukannya dan belum ada tanda-tanda kecurigaan dari suaminya dan dari istriku.


 

 
IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia
 

IndukBola88 - Agen Judi Bola Casino Togel Tangkas Poker Sabung Ayam Terpercaya Indonesia